Senin, 28 Februari 2011

PARKINSON

PARKINSON

1. DEFINISI

Penyakit Parkinson adalah suatu penyakit degeneratif pada sistem saraf, yang ditandai dengan adanya tremor pada saat beristirahat, kesulitan untuk memulai pergerakan dan kekakuan otot.

Penyakit Parkinson (juga dikenal sebagai penyakit Parkinson atau PD) adalah gangguan degeneratif sistem saraf pusat yang sering merusak penderita's motor keterampilan, ucapan, dan fungsi lainnya.

Parkinson adalah kerusakkan sel otak yang mengakibatkan pengurangan sejenis bahan kimia yang dipanggil dopamine

Parkinson's Disease menyebabkan gangguan neuropsikiatri, yang meliputi terutama kognisi, mood dan masalah perilaku dan dapat sebagai melumpuhkan sebagai gejala motor. Defisit meliputi:

  • Memperlambat waktu reaksi; kedua respon motor sukarela dan sukarela secara signifikan diperlambat.
  • Eksekutif disfungsi, ditandai oleh kesulitan dalam: diferensial alokasi perhatian, kontrol impuls, mengatur pergeseran, memprioritaskan, mengevaluasi arti-penting data ambien, menginterpretasikan isyarat sosial, dan kesadaran waktu subyektif. Kompleks ini hadir untuk beberapa derajat pada pasien Parkinson yang paling, mungkin berkembang menjadi:
  • Kehilangan memori jangka pendek; procedural memori lebih terganggu dari memori deklaratif. Mendorong memunculkan ingat ditingkatkan.
  • Non-motor penyebab bicara / bahasa gangguan di kedua bahasa ekspresif dan reseptif: ini termasuk kelancaran verbal menurun dan gangguan kognitif terutama terkait dengan pemahaman isi emosional berbicara dan ekspresi wajah.

Kebanyakan kesulitan mood umum termasuk: Ada peningkatan risiko untuk setiap individu dengan depresi untuk terus mengembangkan penyakit Parkinson di kemudian hari.

  • Kelesuan

inkontinensia urin Faktor di ini adalah munculnya badan Lewy dan neurites Lewy bahkan sebelum ini mempengaruhi fungsi substantia

2. ETIOLOGI

Penyakit Parkinson sering dihubungkan dengan kelainan neurotransmitter di otak dan faktor-faktor lainnya seperti :

  1. Defisiensi dopamine dalam substansia nigra di otak memberikan respon gejala penyakit Parkinson
  2. Etiologi yang mendasarinya mungkin berhubungan dengan virus, genetik, toksisitas, atau penyebab lain yang tidak diketahui.

Jauh di dalam otak ada sebuah daerah yang disebut ganglia basalis. Jika otak memerintahkan suatu aktivitas (misalnya mengangkat lengan), maka sel-sel saraf di dalam ganglia basalis akan membantu menghaluskan gerakan tersebut dan mengatur perubahan sikap tubuh. Ganglia basalis mengolah sinyal dan mengantarkan pesan ke talamus, yang akan menyampaikan informasi yang telah diolah kembali ke korteks otak besar.

Keseluruhan sinyal tersebut diantarkan oleh bahan kimia neurotransmiter sebagai impuls listrik di sepanjang jalur saraf dan diantara saraf-saraf. Neurotransmiter yang utama pada ganglia basalis adalah dopamin.

Pada penyakit Parkinson, sel-sel saraf pada ganglia basalis mengalami kemunduran sehingga pembentukan dopamin berkurang dan hubungan dengan sel saraf dan otot lainnya juga lebih sedikit. Penyebab dari kemunduran sel saraf dan berkurangnya dopamin biasanya tidak diketahui. Tampaknya faktor genetik tidak memegang peran utama, meskipun penyakit ini cenderung diturunkan.

Kadang penyebabnya diketahui. Pada beberapa kasus, Parkinson merupakan komplikasi yang sangat lanjut dari ensefalitis karena virus (suatu infeksi yang menyebabkan peradangan otak). Kasus lainnya terjadi jika penyakit degeneratif lainnya, obat-obatan atau racun mempengaruhi atau menghalangi kerja dopamin di dalam otak. Misalnya obat anti psikosa yang digunakan untuk mengobati paranoia berat dan skizofrenia menghambat kerja dopamin pada sel saraf.

3. Manifestasi Klinis

Penyakit Parkinson memiliki gejala klinis sebagai berikut :

  1. Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan
  2. Tremor yang menetap
  3. Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol
  4. Gangguan saraf otonom (sulit tidur, berkeringat, hipotensi ortostatik
  5. Depresi, demensia
  6. Wajah seperti topeng

4 Tanda dan Simptom utama:

Menggeletar (pada jari, tangan, kaki, rahang dan / atau muka)

Kaku pada anggota badan (tangan, kaki dan / atau tubuh badan -Rigidity)

Pergerakan badan yang perlahan (Bradykinesia)

Masalah ketidakseimbangan postur dan kordinasi badan yang boleh mengakibatkan jatuh.


5. Komplikasi

Komplikasi terbanyak dan tersering dari penyakit Parkinson yaitu demensia, aspirasi, dan trauma karena jatuh.

Fizikal:

Jatuh

Pening /Ketidakseimbangan apabila posisi badan berubah secara tiba-tiba.

Sembelit

Kesukaran penelanan (dysphagia)

Kesukaran pertuturan (dysarthria)

Kegagalan kawalan pundi kencing dan saluran perkumuhan

Kudis tekanan

Psiakiatri:

Masalah emosi seperti:

o kemurungan

o keresahan

Fungsi otak terjejas seperti:

o Ingatan

o Proses pemikiran

o Kewarasan membuat keputusan

o Pertimbangan

o Tanggapan / persepsi

Sosial:

Kehilangan kebolehan berdikari, pengasingan dan stres penjaga

6. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan medis dapat dilakukan dengan medikamentosa seperti :

  1. Antikolinergik untuk mengurangi transmisi kolinergik yang berlebihan ketika kekurangan dopamin.
  2. Levodopa, merupakan prekursor dopamine, dikombinasi dengan karbidopa, inhibitor dekarboksilat, untuk membantu pengurangan L-dopa di dalam darah dan memperbaiki otak.
  3. Bromokiptin, agonis dopamine yang mengaktifkan respons dopamine di dalam otak.
  4. Amantidin yang dapat meningkatkan pecahan dopamine di dalam otak.
  5. Menggunakan monoamine oksidase inhibitor seperti deprenil untuk menunda serangan ketidakmampuan dan kebutuhan terapi levodopa.

7. Penatalaksanaan Keperawata

Pengkajian

1. Kaji saraf kranial, fungsi serebral (koordinasi) dan fungsi motorik.

2. Observasi gaya berjalan dan saat melakukan aktivitas.

3. Kaji riwayat gejala dan efeknya terhadap fungsi tubuh.

4. Kaji kejelasan dan kecepatan bicara.

5. Kaji tanda depresi.

8. Diagnosis dan Intervensi Keperawatan

1. Gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan bradikinesia, regiditas otot dan tremor

Intervensi:

Tujuan : meningkatkan mobilitas.

KH :

· Menunjukan alat bantu secara benar dengan pengawasan

· Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri

Intervensi :

Ø Bantu klien melakukan olah raga setiap hari seperti berjalan, bersepeda, berenang, atau berkebun.

Ø Anjurkan klien untuk merentangkan dan olah raga postural sesuai petunjuk terapis.

Ø Mandikan klien dengan air hangat dan lakukan pengurutan untuk membantu relaksasi otot.

Ø Instruksikan klien untuk istirahat secara teratur agar menghindari kelemahan dan frustasi.

Ø Ajarkan untuk melakukan olah raga postural dan teknik berjalan untuk mengurangi kekakuan saat berjalan dan kemungkinan belajar terus.

Ø Instruksikan klien berjalan dengan posisi kaki terbuka.

Ø Buat klien mengangkat tangan dengan kesadaran, mengangkat kaki saat berjalan, menggunakan sepatu untuk berjalan, dan berjalan dengan langkah memanjang.

Ø Beritahu klien berjalan mengikuti irama musik untuk membantu memperbaiki sensorik.

2. Gangguan pemenuhan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan kesulitan: menggerakkan makanan, mengunyah, dan menelan,

Tujuan : mengoptimalkan status nutrisi.

KH :

· Mempertahankan massa tubuh dan berat badan dalam batas normal

· Toleransi terhadap diet

Intervensi :

Ø Ajarkan klien untuk berpikir saat menelan-menutup bibir dan gigi bersama-sama, mengangkat lidah dengan makanan di atasnya, kemudian menggerakkan lidah ke belakang dan menelan sambil mengangkat kepala ke belakang.

Ø Instruksikan klien untuk mengunyah dan menelan, menggunakan kedua dinding mulut.

Ø Beritahu klien untuk mengontrol akumulasi saliva secara sadar dengan memegang kepala dan menelan secara periodik.

Ø Berikan rasa aman pada klien, makan dengan stabil dan menggunakan peralatan.

Ø Anjurkan makan dalam porsi kecil dan tambahkan makanan selingan (snack).

Ø Monitor berat badan.

3. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan kemampuan bicara dan kekakuan otot wajah.

Tujuan: memaksimalkan kemampuan berkomunikasi.

KH :

· Menggunakan bahasa tertulis atau barbicara

· Mampu melakukan pertukaran pesan dengan orang lain

Intervensi :

Ø Jaga komplikasi pengobatan.

Ø Rujuk ke terapi wicara.

Ø Ajarkan klien latihan wajah dan menggunakan metoda bernafas untuk memperbaiki kata-kata, volume, dan intonasi.

Ø Nafas dalam sebelum berbicara untuk meningkatkan volume suara dan jumlah kata dalam kalimat setiap bernafas.

Ø Latih berbicara dalam kalimat pendek, membaca keras di depan kaca atau ke dalam perekam suara (tape recorder) untuk memonitor kemajuan.

MADU DAN RADANG LAMBUNG DAN USUS PENCERNAAN

MADU DAN RADANG LAMBUNG DAN USUS PENCERNAAN

Penggunaan Madu dalam Pengobatan Radang Lambung dan Usus Pencernaan pada Anak-anak

1. Madu dapat mempersingkat jangka waktu seranagn diare terhadap para penderita penyakit radang lambung dan usus pencernaan yang disebabkan oleh bakteri salmonella, shigella dan bakteri E. coli

2. Efektivitas madu seperti tersebut diatas berasal dari khasiat madu yang dapat menjadi zat antibakteri, yang telah terbukti dalam serangkaian penelitian yang dilakukan sebelumnya di beberapa laboratorium

3. Kebutuhan akan antibiotic bagi anak-anak yang menjalani pengobatan dengan mengguanakan madu, ternyata lebih sedikit dibandingkan anak-anak yang tidak diberi madu

4. Madu dapat digunakan dengan baik dan aman untuk menggantikan glukosa dalam larutan yang diberikan kepada para penderita diare. Dengan syarat larutan tersebut mengandung sejumlah konsetrat yang bias digunakan dlam kondisi seperti ini. Madu yang diberikan juga harus sebanyak 111 milimol dari setiap glukosa dan fruktosa dalam setiap 1 liter (2 gran/100 mililiter) efektivitas larutan separti ini tidak akan pernah lebih buruk dari efekTivitas larutan yang mengguanakan glukosa dan konstrat saja.

5. Karena diketahui bahwasannya madu mengandung sejumlah besar gula, maka madu juga dapat digunakan untuk meningkatkan daya serap air dan sodium di dalam usus pencernaan dengan menggunka metode yang sama dengan metode yang digunakan pad asaat pengggunaan larutan air beras atau sukrosa.

6. Jumlah madu yang digunakan di dalam penelitian ini adalah sebanyak 50 ml per 1 liter larutan. Madu yang digunakan asalah berupa madu sudah disaring. Larutan di masukkan melalui mulut dan terdiri dari sodium 48 milimol perliter, potassium 28 milimol per liter, dan glokosa dan fruktosa 76 milimol per liter

7. Fruktosa yang terdapat di dalam mdu dapat meningkatkan proses penyerapan air did lam usus pencernaaan tanpa penambahan penyerapan sodium. Hal ini menjelaskan penyebab terjadinya peningkatan kandungan sodium di dalam darah pada orang-orang yang diberi larutan yyang tidak mengandung madu. Hal ini sesuai denagn yang diharapkan oleh medis untuk meningkatkan kandungan sodium didalam darah tidak menyebabkan munculnya gejala lain.

8. Para peneliti menegaskan bahwa walaupun madu menagandung gula dalam jumlah besar, namun ia tidak dapat menyebabkan radang osmotic, jika madu digunakan dengan takaran yang benar dalam larutan yang digunakan untuk melakukan proses rehidrasi bagi para penderita diare.

9. Pemberian madu bersama larutan yang digunakan untuk mengobati penyakit diare dapat mempersingkat jangka waktu diare yang disebabkan bakteri. Dan diare yang disebabkan oleh sebab non-bakteri juga tidak akan mengalami perpanjangan waktu disebabkan penggunaan madu.

10. Pengguanaan madu sangat aman dan tidak mengandung bahaya apapun seperti tampak dan tidak adanya gejala alergi. Madu juga midah d dapat di banyak tempat. Jika madu digunkan dengan cara tersebut dia atas, maka madu akan dapat digunakan secara efektif dalam pengobatan penyakit diare.