Jumat, 16 Maret 2012

TAK PESAN BERANTAI

A. Topik : Permainan Pesan Berantai
B. Tujuan Umum :
Klien mampu melatih konsentrasi dan menstimulasi persepsi terhadap permainan pesan berantai dan tindakan yang dilakukan peserta.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu menyampaikan pesan berantai dan melakukan tindakan yang telah ditentukan
2. Klien mampu berkonsentrasi terhadap rangsangan yang diberikan oleh terapis
3. Klien mampu menyampaikan pesan berantai ke klien yang lain dengan tepat
4. Klien mampu menghafal pesan berantai yang disampaikan.
C. Kilen Latar Belakang :
a) Bagaimana pasien gangguan jiwa

Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.

Kerangka Landasan Teori
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. (Miramis, 1998)
Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstren, persepsi palsu (Lubis, 1993)

B. Rentang Respon Halusinasi


Gambar : Rentang Responden Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)

C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, 1998 membagi Halusinasi menjadi 7 jenis, yaitu :
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami Halusinasi pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.

2. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan, menakutkan seperti monster.
3. Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.
4. Pengucapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.

D. Fase-Fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu :
1. Fase I = Comforting (Ansietas Sedang) atau Halusinasi menyenangkan.
Karakteristik = Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani. (non psikotik)
Tanda dan Gejala = Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.
2. Fase II = Condemning (Ansietas berat) atau halusinasi menjijikkan.
Karakteristik = Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)
Tanda dan gejala = Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3. Fase III = Controlling (Ansietas berat) atau pengalaman sensori menjadi berkuasa
Karakteristik = Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)
Tanda dan Gejala = Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah.
4. Fase IV = Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya
Karakteristik = pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat)
Tanda dan Gejala = perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.



b) Mengapa perlu terapi aktivitas kelompok tersebut
Karena untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi aktivitas kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif meliputi meningkatkan kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan social dan pola penyeselaikan masalah.
Fenomena yang terjadi tentang halusinasi di ruangan ini dengan jumlah 20 klien 45%. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya,Jika TAK tidak dilaksanakan sesuai topic kemungkinan akan terjadi ketidakmampuan pasien mengontrol dirinya dari halusinasi dan tidak bekerja sama dalam jalannya TAK.

D. Seleksi Pasien
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain maka sasaran klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah halusinasi di bangsal RSJ.Prof.Dr.Soeroyo Magelang dengan jumlah pasien antara 6-8 orang dan pasien bersedia mau mengikuti TAK.
Berikut ini nama pasien yang bersangkutan antara lain :
1. Ny. D
2. Ny. DN
3. Ny. DR
4. Ny. B
5. Ny. A
6. Ny.T


E. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Septemberl 2011
Tempat : Ruang keperawatan RSJ
Waktu : pukul 12.40 – 14.00 WIB


F. Metode
- Tanya jawab
- Diskusi


G. Media dan Alat
- Kursi
H. Pengorganisasian
a. Leader :
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini meliputi :
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5. Menjelaskan permainan
b. Co leader :
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK,apabila leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Fasilitator :
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi :
1. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
d. Observasi :
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan TAK
I. Setting Tempat
Pada setting tempat untuk TAK ini duduk di dikursi ruang keperawatan, dengan penjelasan sebagai berikut :





Keterangan :
: leader
: co leader
: fasilitator
: observer
: peserta

J. Program Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK
- Memanggil klien
- Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan TAK
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan TAK
- Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien yang ingin ikut
- Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien yang dipilih, jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak mengikuti permainan pesan berantai pada TAK tersebut.

K. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1. Memilih klien dengan indikasi, yaitu Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
2. Menjelaskan tujuan TAK
3. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK yang lalu
4. Kontrak
1. Topic permainan TAK : permainan pesan berantai
2. Waktu : 30 menit ( pukul 12.40-13.30 WIB)
3. Tempat : Ruang keperawatan RSJ
4. Menjelaskan peraturan TAK :
1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Setiap peserta TAK harus aktif
4. Dilarang bicara sendiri atau mengobrol selama TAK
c. Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan peraturan permainan pesan berantai
2. Terapis memulai menyampaikan permainan pesan berantai kepada satu peserta dengan cara membisikkan di dekat telinga klien
3. Peserta melakukan tindakan pesan berantai yang sudah disampaikan oleh terapis kepada peserta selanjutnya sampai ke peserta yang terakhir.
4. Terapis menguji atau menunjuk setiap peserta untuk menyampaikan pesan berantainya didepan semua peserta.
5. Terapis meminta peserta tepuk tangan setiap peserta menyampaikan pesan berantai
6. Terapis memberikan reinforcement positif pada setiap usaha yang dilakukan peserta
d. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk belajar berpikir sesuai dengan peristiwa yang dapat dipersepsikan dan melihat sesuatu yang nyata
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat


L. EVALUASI
1. Evaluasi dilakukan pada proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
2. Evaluasi hasil
Untuk TAK stimulus persepsi pada klien halusinasi, kemampuan klien yang diharapkan adalah klien mampu menstimulus tindakan atau permainan yang sudah dilakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar