BAB II
PANDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kesehatan yang baik tergantung pada lingkungan yang aman. Praktisi atau teknisi yang memantau untuk mencegah penularan infeksi membantu melindungi klien dan pekerja keperawatan kesehatan dari penyakit.Klien dalam lingkungan keperawatan beresiko terkena infeksi karena daya tahan yang menurun terhadap mikroorganisme infeksius,meningkatnya pajanan terhadap jumlah dan jenis penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme dan prosedur invasif dalam fasilitas perawatan akut atau ambulatory,klien dapat terpajan pada mikroorganisme baru atau berbeda,yang beberapa dari mikroorganisme tersebut daaapat saja resisten terhadap banyak antibiotik. Dengan cara mempraktikan teknik pencegahan dan penembalian infeksi perawat dapat menghindarkan penyebaran mikroorganisme terhadap klien.
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001). Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik laki-laki maupun perempuan dari semua umur baik pada anak-anak remaja, dewasa maupun pada umur lanjut. Akan tetapi, dari dua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering dari pria dengan angka populasi umur, kurang lebih 5 – 15 %.
Infeksi saluran kemih pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri terutama scherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemiha, pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998). Infeksi traktus urinarius pada pria merupakan akibat dari menyebarnya infeksi yang berasal dari uretra seperti juga pada wanita. Namun demikian, panjang uretra dan jauhnya jarak antara uretra dari rektum pada pria dan adanya bakterisidal dalam cairan prostatik melindungi pria dari infeksi traktus urinarius. Akibatnya UTI paa pria jarang terjadi, namun ketika gangguan ini terjadi kali ini menunjukkan adanya abnormalitas fungsi dan struktur dari traktus urinarius.
B. TUJUAN
Kami menyusun dan menulis makalah ini dengan harapan:
a. Mengetahui manfaat Daun Sirih, terutama sebagai obat herbal untuk menyembuhkan penyakit Infeksi Saluran Kemih.
b. Mengetahui kandungan dari Daun Sirih sehingga dapat menyembuhkan Infeksi Saluran Kemih.
c. Memahami cara pembuatan ramuan Daun Sirih sebagai obat herbal untuk penyakit Infeksi Saluran Kemih.
d. Menambah artikel/makalah kesehatan tentang Infeksi Saluran Kemih.
BAB III
TINJAUAN TEORI
INFEKSI
1. Definisi Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry .Fundamental Keperawatan.edisi 4.hal : 933 – 942:2005). Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme,toksin,replikasi intra selular,atau respon antigen-antibodi(Kamus Saku Kedokteran Dorland,edisi 25.hal :555:1998)
2. Rantai Infeksi
Perkembangan infeksi terjadi dalam siklus yang bergantung pada elemen – elemen berikut :
Agen infeksius atau pertumbuhanm patogen
Tempat atau sumber pertumbuhan patogen
Portal keluar dari tempat tumbuh tersebut
Cara penularan
Portal masuk pejamu
Pejamu yang rentan
3. Agen Infeksius
Infeksi terjadi akibat adanya mikroorganisme,termasuk bakteri,virus,jamur dan protozoa.Mikroorganisme di kulit dapat merupakan flora residen atau transien.Organisme residen berkembang biak pada lapisan kulit superfisial,namun 10 – 20% mendiami lapisan epidermal.Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan orang atau objek lain dalam aktifitas atau kehidupan normal.
Kemungkinan bagi mikroorganisme atau parasit untuk menyebabkan penyakit bergantung pada faktor – faktor berikut :
Organisme dalam jumlah yang cukup
Virulensi atau kemampuan untuk menyebabkan sakit
Kemampuan untuk masuk dan hidup dalam pejammu
Pejamu yang rentan
4. Beberapa agen yang dapat menyebabkan infeksi,yaitu :
1 .Bakteri
Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat.Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen.Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut meniliki toleransi yang rendah terhadap miikrooorganisme.Cintohnya Escherechia coli paling banyak dijumpai sebagai penyebab infeksi saluran kemih.
Bakteri patogen lebih berbahaya dan menyebabkan infeksi secara aparodik maupun endemik.
Contohnya :anaerobik Gram–positif,Clostridium yang menyebabkan gangren
Bakteri Gram-positif : Staphylococcus aureus yang menjadi parasit di kulit dan hidung dapat menyebabkan gangguan pada paru,tulang,jantung dan infeksi pembuluh darah serta seringkali telah resisten terhadap antibiotika.
Bakteri Gram-negatif : Enerobacteriacae,contohnya Escherechia coli,Proteus,Klebsiella,Enterobacter.Pseudomonas seringkali ditemukan di air dan penampungan air yang menyebabkan infeksi di saluran pencernaan pasien yang dirawat.Bakteri gram negatif ini bertanggung jawab sekitar setengah dari semua infeksi di rumah sakit.
Serratia marcescens,dapat menyebabkan infeksi serius pada luka bekas jahitan,paru dan peritoneum.
2 .Virus
Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus,termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari tranfusi,dialisis,suntikan dan endoskopi.Respiratory syncytial virus (RSV),rotavirus dan enterovirus yang ditularkan dari kon\tak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral.Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik,dan trasfusi darah.Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya.Infeksi gastrointestinal,infeksi traktus respiratorius,penyakit kulit dan dari darah.Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus,Ebola,influenza virus,herpes simplex virus,dan varicella-zoster virus,juga dapat ditularkan.
3 .Parasit dan Jamur
Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat dengan mudah menular ke orang dewasa maupun anak-anak.Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan immunosupresan,contohnya infeksi dari Candida albicans,Aspergiilus spp, Cryptococcus neformans,Cryptosporidium.
5. Reservoar
Reservoar adalah tempat patogen mampu bertahan hidup tetapi dapat atau tidak berkembang biak.Rservoir yang paling umum adalah tubuh manusia.Berbagai mirroorganisme hidup pada kulit dan dalam rongga tubuh,cairan dan keluaran.Untuk berkembang biak dengan cepat mkroorganismer memerlukan lingkungan yang sesuai,termasuk makanan,oksigen,air,suhu yang tepat,pHdan cahaya.
Makanan,mikroorganisme memerlukan untuk hidup,seperti Clostridium perfringens,mikroba yang menyebabkan gangren gas,berkembang pada materi organik lain,seperti E.coli mengkonsumsi makanan yang tidak dicerna di usus.Organisme lain mendapat makanan dari karbondioksida dan materi organik seperti tanah.
Oksigen,bakteri aerob memerlukan oksigen untuk bertahan hidup dan multiplikasi secukupnya untuk menyebabkan sakit.Contohnya adalah Staphylococcus aureus dan turunan organisme Streptococccus sedangkan bakteri anaerob berkembang biak ketika terdapat atau tidak ada tersedia oksigen bebas.Bakteri ini yang mampu menyebabkan tetanus,gas gangrene dan botulisme.
Air,kebanyakan mkroorganisme membutuhkan air atau kelembaban untuik bertahan hidup.Dan ada juga beberapa bakteri yang berubah bentuk,disebut dengan spora,yang resisten terhadap kekeringan.
Suhu,mikroorganisme dapat hidup hanya dalam batasan suhu terentu.Namun beberapa dapat hidup dalam temperatur yan g ekstrem yang mungkin fatal bagi manusia.Misalnya virus AIDS,resisten terhadap air mendidih.
pH,keasaman suatu lingkungan menentukan kemampuan hidup suatu mikroorganisme.Kebanyakan organisme lebih menyukai lingkungan dalam batasan pH 5-8.
Cahaya,mikroorganisme berkembang pesat dalam lingkungan yang gelap seperti di bawah balutan dan dalam rongga tubuh.Sinar ultra violet dapat eektif untuh membunuh beberapa bentuk bakteri.
C .Portal Keluar
Setelah mikroorganisme menemukan tempat untuktumbuh dan berkembang biak,mereka harus menemukan jalan keluar jika mereka masuk ke pejamu lain dan menyebabkan penyakit. Mikroorganisme dapat keluar melalui berbagai tempatm,seperti kulit dan membran mukosa,traktus respiratoris,traktus urinarius,traktus gastrointestinal,traktus reproduktif dan darah.
D .Cara Penularan
Ada banyak cara penularan mikroorganisme dari reservoar ke pejamu.Penyakit infeksius tertentu cenderung ditularkan secara lebih umum melalui cara yang spesifik.Namun,mikroorganisme yang sama dapat ditularkan melalui satu rute.Meskipun cara utama penularan mikroorganisme adalah tangan dari pemberi layanan kesehatan,hampir semua objek dalam lingkungan dapat menjadi alat penularan patogen.Semua personel rumah sakit yang memberi asuhan langsuing dan memberi pelayanan diagnostik dan pendukung harus mengikuti praktik untuk meminimalkan penyebaran infeksi.
E .Portal Masuk
Organisme dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute yang sama dengan yang digunakan untuk keluar.Misalnya,pada saat jarum yang terkontaminasi mengenai kulit klien,organisme masuk ke dalam tubuh.Setiap obstruksi aliran urine memungkinkan organisme untuk berpindah ke uretra.Kesalahan pemakaian balutan steril pada luka yang terbuka memungkinkan patogen memasuki jaringan yang tidak terlindungi.Faktor- faktor yang menurunkan daya tahabn tubuh memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
F .Hospes Rentan
Seseorang terkena infeksi bergantung pada kerentanan dan bergantung pada derajat ketahanan individu terhadap patogen,meskipun seseorang secara konstan kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar,infeksi tidak akan terjadi sampai individu rentan terhadapjumlah mikroorganisme tersebut.Makin banyak virulen suatu mikroorganisme makin besar didapati muncul di lingkungan perawatan akut.
2 . 3 Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif,berat ringannya penyakit klien tergantung pada tingkat infeksi,patogenesitas mikroorganisme dan kerentanan pejamu.Didalam proses infeksi memiliki tahapan tertentu yaitu :
Periode Inkubasi
Interfal antara masuknya patogen dalam tubuh dan munculnya gejala utama.
Tahap Prodomal
Interpal dari awitan tanda gejala non spesifik(malaise,demam ringan,keletihan)sampai gejala yang spesifik selama masa ini,mikroorganisme tumbuh dan berkembang biak dan klien mampu menularkan ke orang lain.
Tahap Sakit
Interpal saat klien memanifestasikan tanda dan gejala yang lebih spesifik terhadap jenis infeksi.
Tahap Pemulihan
Interpal saat munculnya gejala akut infeksi ,lama penyembuhannyatergantung pada beratnya infeksi dan keadaan umum kesehatan klien.
2. 4 Pertahanan Terhadap Infeksi
Tubuh memiliki pertahanan normal terhadap infeksi,yaitu :
Flora Normal
Flora normal tubuh dapat melindungi seseorang terhadap beberapa patogen,normalnya tubuh mengandung mikroorganisme yang ada pada lapisan permukaan dan di dalam kulit,saliva,mukosa oral,dan gastrointestinal.
Flora normal dalam usus besar hidup dalam jumlah besar tanpa menyebabkan sakit.Flora normal juga mensekresi substansi antibakteri di dalam usus.
Pertahanan Sistem Tubuh
Sejumlah sistem organ tubuh memiliki pertahanan tubuh yang unik terhadap mikroorganisme.Setiap sistem organ memiliki mekanisme pertahanan yang secara fisiologis disesuaikan dengan struktur dan fungsinya.Misalnya paru jalan masuk mikroorganisme dilapisi oleh tonjolan seperti rambut atay silia yang secara ritmis bergerak unruk memindahkan mukus dan organisme yang yang melekat di faring untuk di ekshalasi.
Inflamasi
Inflamasi merupakan reaksi protektif vaskuler dengan menghantarkan cairan,produk darah dan nutrient ke jaringan interstisial ke daerah cedera.Proses tersebut mampu menetralisasi dan mengerliminasi patogen atau jaringan mati dan memulai cara perbaikan sel dan jaringan tubuh.
Respon Imun
Saat mikroorganisme menginvasi memasuki tubuh,mikroorganisme tersebut diserang pertama kali oleh monosit.Sisa mikroorganisme tersebut kemudian memicu respon imun,materi yang tertinggal (antigen) menyebabkan kerentanan respon yang mengubah susunan biologis tubuh sehingga reaksi untuk paparan berikutnya berbeda dengan reaksi pertama ,respon yang berubah ini dikenal dengan respon imun.
2 .5 Infeksi Nosokomial
Infeksi nosokomial disebabkan oleh pemberian layanan kesehatan dalam fasilitas keperawatan kesehatan,rumah sakit merupakan satu tempat yang paling mungkin terdapat infeksi karena populasi mikroorganisme yang tinggi dengan jenis virulen yang mungkin resisten terhadap antibiotik.
Jenis infeksi nosokomial yaitu infeksi iantrogenik yang di akibatkan oleh prosedur diagnostik dan terapiutik.Contohnya infeksi traktus urinarius yang terjadi setelah infeksi kateter.
Infeksi nosokomial dapat secara eksogen atau endogen
Infeksi eksogen didapat dari mikroorganisme eksternal terhadap individu,yang bukan merupakan flora normal contohnya adalah organisme salmonella dan klostridiun tetani.
Infeksi endogen dapat terjadi bila sebagian dari flora normal klien berubah dan terjadi pertumbuhan yang berlebihan.Contohnya adalah infeksi yang disebabkan oleh enterococcus,ragi dan streptococccus.
INFEKSI SALUARAN KEMIH
1. Pengertian
Infeksi Saluran Kemih adalah adanya infeksi oleh mikro-organisme dalam saluran kemih. Mikro-organisme sebagai penyebab ISK kebanyakan bakteri aerob. Selain itu ISK dapat disebabkan oleh virus dan jamur.
ISK tidak pandang bulu, dapat menimpa semua umur, pria maupun wanita. Angka kesakitan pada wanita lebih banyak dibanding pria. Proporsinya variatif, tidak ada angka pasti yang menyatakan perbandingan antara wanita dan pria selain disebutkan bahwa wanita lebih banyak menderita ISK daripada pria. Hal ini dapat dipahami mengingat saluran kencing wanita bagian bawah dihuni bakteri yang makin kurang jumlahnya ke arah kandung kemih.
2. Penyebab ISK
Mikro-organisme terbanyak sebagai penyebab ISK adalah Escherichia coli sebanyak 50-90%, lalu berturut-turut disusul Klebsiella atau Enterobacter, Proteus, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus epidermidis, Enterococci, Candida albicans dan Staphylococcus aureus. ( L. Barth Ruller )
Adapun jenis virus yang dapat menyebabkan ISK adalah Adenivirus (diduga sebagai penyebab infeksi kandung kemih).
Kendati ISK disyaratkan adanya bakteri dalam urine dalam jumlah bermakna, tidak menutup kemungkinan tanpa bakteri dalam urine. Hal ini dapat terjadi pada keadaan sebagai berikut:
a. Tempat infeksi tidak dilalui urine sehingga bakteri tidak ditemukan dalam urine
b. Adanya bendungan pada saluran yang terinfeksi
c. Pemberian antibiotika, sehingga bakteri dalam urine tersamarkan.
Kondisi lain yang patut diperhatikan dan beberapa istilah yang juga digunakan dalam klinik antara lain:
a. Asymptomatik Significant Bacteriuria, yakni ISK dengan bakteri dalam urine bermakna tanpa disertai gejala.
b. Bacterial cystitis, yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari: sakit waktu kencing dan sering kencing.
c. Abacterial cystitis (urethra syndrome), yakni suatu kumpulan gejala yang terdiri dari: sakit waktu kencing dan sering kencing tanpa disertai bakteri dalam kandung kemih.
3. Perjalanan Penyakit
Bagaimana mikro-organisme masuk ke saluran kencing hingga menimbulkan infeksi ? Kadang penderita ISK merasa heran, mengapa bisa terjangkit padahal dirinya bukan tipe jorok. Ok, mikro-organisme masuk ke saluran kencing melalui beberapa cara, yakni:
a. Penyebaran langsung dari tempat infeksi terdekat.
b. Penyebaran mikro-organisme melalui aliran darah (hematogen)
c. Penyebaran mikro-organisme melalui saluran getah bening
d. Dari luar, misalnya karena pemakaian kateter, dan lain-lain.
Selain beberapa cara penyebaran di atas, ISK mudah terjadi karena kondisi-kondisi di bawah ini:
a. Bendungan aliran urine
b. Kembalinya urine dari kandung kemih ke saluran kencing bagian atas ( refluks vesiko-ureter)
c. Adanya sisa urine dalam kandung kemih
d. Gangguan metabolisme
e. Peralatan medis, misalnya kateter
f. Wanita hamil, karena bendungan dan ph urine yang tinggi
4. G e j a l a
Tanda-tanda ISK tidak khas, sebagian diantaranya bahkan tanpa gejala. Biasanya, keluhan yang sering dijumpai antara lain:
a. Nyeri saat kencing (disuria)
b. Kencing sedikit-sedikit dan sering (polakisuria) *bhs jawa: anyang-anyangen*
c. Nyeri di atas tulang kemaluan atau perut bagian bawah (suprapubik)
Tanda-tanda tersebut dapat dikelompokkan berdasarkan bagian saluran kencing yang terinfeksi. ISK bagian bawah: biasanya ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa panas saat kencing, kencing sedikit-sedikit dan sering, rasa tidak nyaman di atas tulang kemaluan (suprapubik).
ISK bagian atas: ditandai dengan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman di pinggang, mual, muntah, lemah, demam, menggigil, sakit kepala.
5. Pemeriksaan
Bagi yang mampu (banyak uang cak), bisa jadi pemeriksaan lengkap tidak menjadi masalah berarti. (hiks, tetap masalah kalo terlampau mahal ya) Masalah besar jika ISK menimpa pasien tak mampu, mahal sih, alih-alih mau periksa nan lengkap dengan biaya aduhai, untuk makan saja sudah teramat berat.
a. Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
b. Analisa Urin (urinalisis)
c. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
d. Pemeriksaan kimia
e. Tes Dip slide
Pemeriksaan penunjang lain meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra vena), USG dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya batu atau kelaianan lainnya.
a. Analisa Urin (urinalisis)
Leukosuria (ditemukannya leukosit dalam urin). Dinyatakan positif jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang dalam sedimen urine.
Hematuria (ditemukannya eritrosit dalam urin). Merupakan petunjuk adanya ISK jika ditemukan eritrosit (sel darah merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit ginjal lainnya.
b. Pemeriksaan bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan secara mikroskopis dan biakan bakteri. Mikroskopis. Bahan: urin segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan). Positif jika ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang. Sementara biakan bakteri. Ditujukan untuk memastikan diagnosa ISK.
c. Pemeriksaan kimia (tes kimiawi)
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri dalam urin. Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram negatif. Tingkat kepekaannya mencapai 90 % dengan spesifisitas 99%.
d. Tes Dip slide (tes plat-celup)
Berguna untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri.
6. Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika dan koreksi terhadap kelainan organ.
Tujuan pengobatan:
a. Menghilangkan bakteri penyebab ISK
b. Menanggulangi keluhan (gejala)
c. Mencegah kemungkinan gangguan organ (terutama ginjal)
Upaya di atas dilakukan dengan menggunakan obat yang sensitif, murah, aman, dan efek samping minimal. Tatacara pengobatan:
a. Menggunakan pengobatan dosis tunggal
b. Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14 hari
c. Menggunakan pengobatan jangka panjang, 4-6 minggu
d. Menggunakan pengobatan pencegahan (profilaksis) dosis rendah
e. Menggunakan pengobatan supresif, yakni pengobatan lanjutan jika pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil, terutama pada kasus ISK yang disertai dengan sumbatan (obstruksi) saluran kencing.
7. Anjuran
Bagi penderita ISK berulang (kambuhan), hendaknya memeriksakan diri secara berkala, setidaknya 1-2 bulan sekali untuk mengetahui kepekaan bakteri terhadap antibiotika dan evaluasi fungsi ginjal.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Deskriptif
Suku : Piperaceace
Sinonim : Piper Pinqiuispicum DC (ex deser)
Deskripsi : perawakan : memanjat, berakar melekat, panjang 5-15 m. Batang : beruas nyata, akar melekat pipih, beralur nyata, bulat, buku menebal. Daun : tunggal, bertangkai, duduk berseling, tangkai melebar di pangkal, helaian bulat telur – bulat telur memanjang, pangkal jantung atau miring, ukuran 5-18 cm x 2,5-10,5 cm, di bagian tulang daun pangkal berambut pendek-tebal putih. Bunga : majemuk untai (bulir), jantan & betina, daun pelindung elip, bulat telur terbalik, atau bulat 1-1,5mm x 0,75-1 mm. bulir jantan: 2,5-12 cm, tangkai 1,5-3 cm, benang sari 2, pendek. Bulir betina : 2,5-12 cm, tangkai 2,5-6 cm, kepala putik 3-5. Buah : ujung bebas, membulat, gundul, membentuk buah majemuk seperti gada, hijau, buah tunggal tebal 1-1,5 cm. biji : membulat, 3,5-5 mm.3)
Waktu berbunga : januari-desember
Distribusi : di jawa pada elevasi 5-700 m. hutan, atau dibudidayakan.
Keanekaragaman : Bervariasi khususnya adanya p berdaun hijau kekuningan dan populasi hijau kekuningan b dibudidayakan. Berdasarkan geografis tipe berbagai tipe sirih yaitu : sirih jawa banda ( Banda, seram timur, ambon, cengke). Berdasrkan warna daun dan rasa, berdaun hijau tua (pedas merang) sirih berdaun kuning ( Sumatra, Jawa) disebuuut sirih kaki merpati, sirih berwarna kuning bertulang merah, sirih hutar
2. Kegunaan di masyarakat
Dipakai untuk tujuan pengobatan pada hidung berdarah ( mimisan-jawa), mulut berbau, mata sakit, radang tenggorokan, keputihan, dapat mengobati infeksi saluran kemih. Daun dikunyah bersama kapur (injet-jawa) bersama biji pinang unuk penguat gigi dan stimulansia. Campuran tersebut berasa pedas, adrisrigent, menyebabkan air ludah berwarna merah dan gigi menjadi berwarba hitam. Banyak digunakan untuk pengobatan penyakit asama, rheumatic arthritis, rhumatalagia, luka-luka
3. Cara pemakaian di masyarakat
a. Mengobati batuk
Daun sirih 6 lembar, daun jinten 10 lembar, buah kapulogo 6 buah, kayu manis 2 jari, gula enau 3 jari, dicuci dan dipotong-potong seperlunya, direbus dengan air bersih 3 gelas, sehingga hanya tinggal kurang lebih ¾ nya, sesudah dingin disaring lalu diminum (3 x sehari masing-masing ¾ gelas).
b. Mengobati kepala pusing
Daun sirih 10 lembar, daun incok 20 lembar, daun lidah buaya ½ pelepah, kulit mesoyi 2 jari, ganti 2 jari, jintah putih 1 sendok teh, dicuci dan ditumbuk halus-halus, diramas dengan cuka 3 sendok makan, untuk menggosok punggung, tengkuk, leher, dahi dan pelipis (1-2 x sehari sebanyak yang diperlukan.
c. Mengobati asma
Daun dirih 8 lembar, daun akar- gamat 12 lembar, biji buah putat 20 buah, lada putih 30 butir, dicuci lalu ditumbuk halus-halus, diramas dengan minyak kayu putih 3 sendok teh, untuk melumas dada dan leher (1-2 x sehari sebanyak yang duperlukan kalau serangan penyakitnya datang)
d. Mengobati infeksi saluran kemih
Bagi yang menderita infeksi saluran kencing, sering buang air kecil (volume sedikit dan anyang-anyangan), penyembuhannya dengan ramuan herbal segar daun sirih sebanyak 15 lembar dicuci sampai bersih. Bahan direbus dengan tiga gelas air sampai mendidih dan tersisa 1 gelas. Setelah dingin, air tersebut kemudian disaring, saringannya ditempatkan di dalam gelas air tersebut kemudian diminum sebanyak dua atau tiga kali sehari.
e. Batuk atau penambah nafsu makan
Siapkan daun sirih merah yang tidak terlalu tua sebanyak 10 lembar, cuci, kemudian rendam dalam alkohol 70 persen selama 30 menit agar bakteri yang menempel pada daun mati. Daun sirih merah ditambah gula putih 100 gram direbus dengan air 4 gelas (800 ml) sampai mendidih dan tersisa satu gelas. Setelah dingin, tuangkan ke dalam botol yang bersih dan steril. Ramuan ini bisa diminum tiga kali sehari, sekali minum satu sendok makan.
f. Radang mata
Ambil daun sirih merah yang agak muda (daun kelima dari pucuk) sebanyak 4 lembar, cuci bersih. Rebus dengan air dua gelas hingga mendidih dan tersisa satu gelas. Setelah dingin, air tersebut digunakan untuk merendam mata yang sakit. Cara pemakaian: Mata dibersihkan (cuci muka) kemudian direndam dengan air rebusan sirih merah secukupnya menggunakan gelas khusus. Gunakan tidak lebih dari tiga kali sehari agar tidak terjadi iritasi pada lapisan mata.
g. Keputihan
Bahan: 7 – 10 lembar daun sirih. Cara membuat: direbus dengan 2,5 liter air sampai mendidih. Cara menggunakan: air rebusan daun sirih tersebut dalam keadaan masih hangat dipakai untuk membasuh/membersihkan seputar kemaluan secara berulang-ulang.
h. Sifilis
Bahan : 25 – 30 lembar daun sirih bersama tangkainya; 0,25 kg gula aren dan garam dapur secukupnya. Cara membuat: semua bahan tersebut direbus bersama dengan 2 liter air sampai mendidih, kemudian disaring. Cara menggunakan: diminum 3 kali 1 hari secara terus menerus.
i. Alergi/biduren
Bahan : 6 lembar daun sirih, 1 potong jahe kuning, 1,5 sendok minyak kayu putih. Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk bersama-sama sampai halus. Cara menggunakan : Dioleskan/digosokkan pada bagian badan yang gatal-gatal.
j. Diare
Bahan: 4 – 6 lembar daun sirih, 6 biji lada, 1 sendok makan minyak kelapa. Cara membuat: semua bahan tersebut ditumbuk bersama-sama sampai halus. Cara menggunakan: digosokkan pada bagian perut.
4. Kandungan kimia
Daun mengandung minyak astiri dengan kadar berkisar antara 0,13-0,33% % v/v. Dari laporan lain dikemukakan bahwa minyak atsiri Piper betel berduri dari kavibetol, kavicol, 1,8-sineol, estagol, eugenol, metileugenol, pirokatekin, terpinil asetat, sesquiterpen, triterpen dan tripterpenoid, β-sitosterol. Disamping itu juga terdapat senyawa neolignan (piperbetol, mitilpiper betol, peperol A, piperol B), krotepoksida suatu senyawa yang mempunyai potensi sebagai sitotoksik
Tanaman memproduksi berbagai macam bahan kimia untuk tujuan tertentu, yang disebut dengan me-tabolit sekunder. Metabolit sekunder tanaman merupakan bahan yang tidak esensial untuk kepentingan hidup tanaman tersebut, tetapi mem-punyai fungsi untuk berkompetisi dengan makhluk hidup lainnya. Metabolit sekunder yang diproduksi tanaman bermacam-macam seperti alkaloid, terpenoid, isoprenoid, fla-vonoid, cyanogenic, glucoside, glu-cosinolate dan non protein amino acid. Alkaloid merupakan metabolit sekunder yang paling banyak di produksi tanaman. Alkaloid adalah bahan organik yang mengandung nitrogen sebagai bagian dari sistim heterosiklik.
Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah minyak atsiri, hidroksikavicol, kavi-col, kavibetol, allylprokatekol, kar-vakrol, eugenol, p-cymene, cineole, caryofelen, kadimen estragol, ter-penena, dan fenil propada. Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Eugenol dapat di-gunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat diguna-kan untuk mengobati sakit perut.
5. Efek biologik
Minyak atsiri daun Piper betel L. Mempunyai aktivitas terhadap bakteri Gram dan Bacillus subtillis, B. Megaterium, diplococus pnemoniae, Eschericia coli, erwinia carotovora, micrococcus pyogenes, proteus vulgaris, pseudomonas solanacearum, salmonella typosha, sarcinia lutea, shigella dysentriae, streptococcus pyogens, vibrio comma (aktivitas antimikroba tersebut diperkerikan dari kavikol)
Disamping terhadap bakteri, aktivitas tersebut dapat pula terhadap berbagai jamur (Asperlgillus niger, A. Oryzae, Curvilaria lunata, fusarium oxysporum)
Triterpen dan triterpenoid dapat berefek sebagai antiplateled dan anti-inflamasi.
Pada pengunyahan campuran daun piper betel, biji pinang (Areca cathechu) dan kapur akan merubah arekolin menjadi arekaidin sehingga dapat menyebabkan terjadinya stimulasi syaraf pusat.
Daya hambat terhadap pertumbahan Staphyllococcus aureus dan Entamoeba coli minyak astiri yang diperoleh dengan metode ekstraksi lebih kuat dari pada minyak astiri yang diperoleh secara destilasi.
Sediaan pasta gigi dengan konsentrasi 0,5 % mempunyai daya antiseptik terhadap streptococcus alpha. Minyak atsiri daun pada pengenceram 1: 10.000 dapat mematikan paramaecium audatum dalamjangka waktu 5 menit, sedangkan pada pengenceran 1:4.000 dapat menghambat pertumbuhan vibrio cholerae. Pengenceran 1:3000 dan 1 : 2000 dapat menghambat berturt-tirt shalmonella typosha, Shigella flexenri dan escherica coli, Microcuccus pygonensvar aureus. Krotekpoksida mempunyai potensi sitoyoksik senyawa fenolik bunga piret betel dapat berefek pada sekresi katekolamin.
6. Efek yang tidak didinginkan
Pada penggunaan jangka lama dapat menyebabkan gigi berwaran hitam dan carsinoma rongga mulut. Dan hati-hati untu penderita maag, sebaiknya sebelum minum air daun sirih dianjurkan untuk makan terlebih dahulu.
7. Budidaya
Sirih merah dapat diperbanyak secara vegetatif dengan penyetekan atau pencangkokan karena tanaman ini tidak berbunga. Penyetekan dapat dilakukan dengan menggunakan sulur dengan panjang 20 - 30 cm. Sulur sebaiknya dipilih yang telah mengeluarkan akar dan mempunyai 2 - 3 daun atau 2 - 3 buku. Untuk mengurangi penguapan, daun di ku-rangi sebagian atau buang seluruh-nya. Sulur diambil dari tanaman yang sehat dan telah berumur lebih dari setahun. Cara perbanyakan dengan dengan setek dapat dilakukan dengan me-nyediakan media tanam berupa pasir, tanah dan kompos dengan perban-dingan 1 : 1 : 1. media tersebut di-masukkan ke dalam polibeg berdi ameter 10 cm yang bagian bawah-nya sudah dilubangin. Setek yang telah dipotong-potong direndam dalam air bersih selama lebih kurang 15 menit. Setek ditanam pada poli-beg yang telah berisi media tanam. Letakkan setek ditempat yang teduh dengan penyinaran matahari lebih kurang 60%.
Perbanyakan dengan cara pencangkokan dilakukan dengan me-milih cabang yang cukup tua kira-kira 15 cm dari batang pokoknya, kemudian cabang tersebut diikat atau dibalut ijuk atau sabut kelapa yang dapat menghisap air. Pencangkokan tidak perlu mengupas kulit batang. Cangkok diusahakan selalu basah agar akarnya cepat tumbuh dan ber-kembang. Cangkok dapat dipotong dan ditanaman di polibeg apabila akar yang muncul sudah banyak. Untuk tempat menjalar dibuat ajir dari batang kayu atau bambu. Penyiraman dilakukan satu sampai dua kali dalam sehari tergantung cuaca.
Penanaman di lapangan dilaku-kan pada awal musim hujan dan sebagai tiang panjat dapat digunakan tanaman dadap dan kelor. Jarak tanam dapat digunakan 1 x 1 m, 1 x 1,5 m tergantung kondisi lahan.
Sirih merah dapat beradaptasi dengan baik di setiap jenis tanah dan tidak terlalu sulit dalam pemelihara-annya. Selama ini umumnya sirih merah tumbuh tanpa pemupukan. Yang penting selama pertumbuhannya di lapangan adalah pengairan yang baik dan cahaya matahari yang diterima sebesar 60 - 75%.
Penangan pasca panen : Tanaman sirih merah siap untuk dipanen minimal berumur 4 bulan, pada saat ini tanaman telah mem-punyai daun 16 - 20 lembar. Ukuran daunnya sudah optimal dan panjangnya mencapai 15 - 20 cm. Daun yang akan dipanen harus cukup tua, bersih dan warnanya mengkilap karena pada saat itu kadar bahan aktifnya sudah tinggi. Cara pemetikan dimulai dari daun tanaman bagian bawah menuju atas. Setelah dipetik, daun disortir dan direndam dalam air untuk membersihkan kotoran dan debu yang menempel, kemudian dibilas hingga bersih dan ditiriskan. Selanjutnya daun dirajang dengan pisau yang tajam, bersih dan steril, dengan lebar irisan 1 cm. Hasil rajangan dikering anginkan di atas tampah yang telah dialas kertas sampai kadar airnnya di bawah 12%, selama lebih kurang 3 - 4 hari. Rajangan daun yang telah kering dimasukkan ke dalam kan-tong plastik transparan yang kedap air, bersama-sama dimasukan silika gel untuk penyerap air, kemudian ditutup rapat. Kemasan diberi label tanggal pengemasan selanjutnya disimpan di tempat kering dan bersih. Dengan penyimpanan yang baik simplisia sirih merah dapat bertahan sampai 1 tahun. Cara penggunaan simplisia sirih merah yaitu dengan merebus se-banyak 3 - 4 potongan rajangan dengan satu gelas air sampai men-didih. Setelah mendidih, rebusan tersebut disaring dan didinginkan. Penggunaan sirih merah dapat dilakukan selain dalam bentuk simplisia juga dalam bentuk teh, serbuk, dan ekstrak kapsul. Pembuatan serbuk sirih merah yaitu diambil dari simplisia yang telah kering kemudian digiling dengan menggunakan grinder mencapai ukuran 40 mesh. Pengemasan dilakukan pada kantong plastik transparan dan diberi label. Sedang-kan ekstrak kapsul dibuat dari hasil serbuk yang di ekstrak dengan menggunakan etanol 70%. Ekstrak kental yang didapat ditambahkan bahan pengisi tepung beras 50% dan dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 400C, setelah kering dimasukkan ke dalam kapsul.
Meski kandungan kimia tanaman sirih belum diteliti secara detail, dari hasil krematogram diketahui daun sirih mengandung flavonoid, senyawa polevenolad, tanin, dan minyak atsiri. Efek zat aktif yang terkandung daun sirih dapat merangsang saraf pusat dan daya pikir.
Daun sirih memiliki efek mencegah ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik, antiketombe, mengendalikan gula darah, lever, antidiare, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meredakan nyeri. Juga dipercaya mampu mengatasi radang paru, radang tenggorokan, radang gusi, hidung berdarah atau mimisan, dan batuk berdarah.
Ekstrak daun sirih juga mampu mematikan jamur Chandida albicans penyebab sariawan. Selain itu, berkhasiat mengurangi sekrasi pada liang vagina, keputihan, infeksi saluran kemih dan gatal-gatal pada alat kelamin, sekaligus sebagai pembersih luka (efek antiseptik).
Secara empiris ekstrak daun sirih merah dalam pemakaian tunggal atau diformulasikan dengan tanaman obat lain mampu membatasi aneka keluhan. Contohnya gangguan gula darah, peradangan akut pada organ tubuh, luka yang sulit sembuh, kanker payudara dan kanker rahim, leukemia, TBC dan radang hati, wasir, jantung koroner, darah tinggi, dan asam urat.
BAB IV
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Daun sirh dapat digunakan untuk penanganan penyakit ISK. Daun sirih mengandung zat antiseptik yang mampu membunuh kuman yang dapat digunakan sebagai antibiotic untuk penyembuhan infeksi saluran kemih.
2. Saran
1. Daun sirih mengandung minyak atsiri, Karvakrol bersifat desinfektan, anti jamur, sehingga bisa digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan.
2. Daun sirih juga dapat untuk mengobati hidung berdarah ( mimisan-jawa), mulut berbau, mata sakit, radang tenggorokan, keputihan, sifillis, alergi biduran dan diare
3. Setelah adanya penjelasan tentang tanaman sirih yang dapat mengobati masalah infeksi saluran kemih, diharapkan masyarakat dapat mengetahui dan memenfaatkannya. Selain itu masyarakat juga dapat membudidayakan tanaman ini agar tidak punah.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II, hal 369-376, 2004
The Family Practice Handbook, Mark A. Grabber, MD, 3 ed, 1997
Urinary Tract Infection, Female, David S Howes, MD, University of Chicago, 2005
Urinary Tract Infection, Male, David S Howes, MD, University of Chicago, 2005
Rahmat Rukmana, Ir. Kumis Kucing. Penerbit Kanisius. Yogyakarta, Februari 2000 Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS Editor : Kemal Prihatman
Anonimous. 1994. Hasil Penelitian Dalam Rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati. Prosiding Seminar di Bogor 1 – 2 Desember 1993. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Bogor. 311 Hal.
Anonimous. 1989. Vademekum Bahan Obat Alam. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Jakarta. 411 Hal
Sumber : http://zidev. Net/storages/2005/10/12/obat-tradisional-infeksi-saluran-kencing.
http://www.roasehat.com/Testimone/Kesaksian/sembuh-dari-Infeksi-kemih.html diakses tanggal 01-02-2010 jam 14.40
Hariana, Drs. H. Arief, Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, seri 3 (Jakarta: Penebar Swadaya, 2008)
Jumat, 16 Maret 2012
TAK PENYALURAN ENERGI
A. Judul : TAK Penyaluran Energi : olahraga senam
B. Topik : Terapi Aktivitas Kelomok Penyaluran Energi : Olah Raga Senam SKJ
C. Tujuan :
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan terapi aktifitas kelompok (TAK) penyaluran energy dengan topic senam, diharapkan pasien dapat menjalin kerjasama dengan pasien lain dan mampu mengontrol emosi.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu melatih gerak tubuh
2. Klien mampu melatih konsentrasi dan meminimalkan penggunaan energy serta emosional untuk aktivitas
3. Klien mampu mengeluarkan energinya untuk melakukan kegiatan positif
4. Klien mampu focus mencontoh gerakan senam yang diajarkan perawat dan fasilitator
5. Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan melakukan kegiatan positif.
D. Latar Belakang
Perilaku destruktif- diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif- diri langsung mencakup setiap aktivitas bunuh diri(stuart, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yanng sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.
Faktor yang melatar belakangni terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu.
Landasan teori :
1. Pengertian Prilaku kekerasan
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku destruktip-diri langsung mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri(stuart, 2007).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan seksualitas. Perilaku kekerasan atau agresif meupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
2. Faktor yang melatar belakangi terjadinya prilaku kekerasn
Faktor yang melatar belakangni terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu.
a. Psikologis(kejiwaan), kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul aggresif atau amuk. Masa kanak- kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement(penguatan/ dukungan), yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah- olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan ditolak turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (harnawatiaj, 2008).
3. Faktor Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami, tiap orang yang merupakan faktor predisposisi artinya mungkin terjadi / mungkin tidak terjadi perilakukekerasan jika faktor berikut dialami olehindividu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timgul agresif atau amuk.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobserpasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4. Bioneorologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus prontal, lobus temporal, dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya kekerasan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitas dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain, kondisi klien dengan kelemahan fisik, keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang jadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian juga dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang berakhir pada hinaan, kehilangan orang yang dicintai, atau pekerjaan, dan kekerasan merupakan faktor penyebaba yang lain(Mas danang, 2008).
Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi: Merokok, Menyabu, Berjudi, Tindakan kriminal, terlibat dalam aktivitas rekreasi beresiko tinggi, Penyalagunaan zat, Perilaku yang menyimpang secara sosial. Prilaku yang menimbulkan stress, Gangguan makan, Ketidak patuhan terhadap pengobatan Medis(stuart, 2007).
4. Tanda dan gejala
Muka merah, pandaangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahakan pada penyebab marah,perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh sesorang(harnawatiaj, 2008).
5. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.
a. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
c. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu tuntutan nyata.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
e. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
f. Bunuh diri.
6. Tanda Ancaman Kekerasan.
a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milik
b. Ancaman verbal atau fisik
c. Membawa benda atau senjata lain yang dapat digunakan sebagai senjata
d. Agitasi psikomotor progresif
e. Intoksikasi alkohol atau zat lain
f. Ciri paranoid pada pasien psikotik
g. Halusinasi pendengaran dengan prilakukekerasan tetapi tidak semua pasien berada pada resiko tinggi
h. Penyakit otak
i. Kata tonik
j. Episode masih tertentu
k. Episod depresif
l. Gangguan keperibadian
7. Perilaku bunuh diri
Dalam pengkajian bunuh diri, lebih ditekankan pada letalitas dari metode yang mengancam atau digunakan. Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi tiga:
1. Ancaman bunuh diri: Pernyataan verbal dan non verbal bila seseorang mempertimbangkan untuk bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri: semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat memyebabkan kematian, jika tidak di cegah.
3. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan(stuart, 2007).
Seperlima dari percobaan bunuh diri tidak dapat di antisipasi sekalipun dengan kemajuan pengetahuan saat ini, presiksi yang akurat masih sulit diperoleh, kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila:
1. Pasien pernah mencobah bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat, bangsal perawatan.
2. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan. Maupun tidak atau berupa ancaman” kamu tidak saya ganggu lebih lama lagi” terhadap keluarga.
3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas.
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna
5. Perubahan Perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan, berbicara serius dan mendalam.
6. Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri (Tamb, 2009).
8. Alasan mengangkat TAK penyaluran Energi
Untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi aktivitas kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif meliputi meningkatkan kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan social dan pola penyeselaikan masalah.
9. Fenomena
Fenomena yang terjadi tentang prilaku kekerasan (PK) di ruangan ini dengan jumlah 20 klien 45%. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal mengontrol emosinya dan menyalurkan energinya untuk kegiatan positif.
E. Seleksi Pasien
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari emosinya sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama, mampu mengontrol emosi dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain maka sasaran klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah prilaku kekerasan di bangsal P1 RSJ. Prof. Dr. Soeroyo Magelang dengan jumlah pasien antara 6-8 orang dan pasien bersedia mau mengikuti TAK.
Berikut ini nama pasien yang bersangkutan antara lain :
1. Ny. P
2. Ny. Q
3. Ny. R
4. Ny. S
5. Ny. T
6. Ny. U
F. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal : Rabu, 28 September 2011
Tempat : Aula RSJ. Prof. Dr. Soeroyo
Waktu : pukul 12.40 – 13.30 WIB
G. Metode
- Demonstrasi
H. Media dan Alat
- Kaset
- Leptop
- LCD
I. Pengorganisasian
a. Leader :
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini meliputi :
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5. Menjelaskan permainan
b. Co leader :
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK, Apabila leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Observasi :
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan TAK
d. Fasilitator :
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi :
1. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
J. Setting Tempat
Pada setting tempat untuk TAK ini berdiri, dengan penjelasan sebagai berikut :
Keterangan :
: leader : peserta
: co leader
: observer
: Fasilitator
K. Program Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK
- Memanggil klien
- Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan TAK
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan atau tidak mengikuti TAK
- Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
- Berikan sangsi kepada klien jika klien keluar dari TAK tanpa seijin perawat
c. Bila ada klien yang ingin ikut
- Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien yang dipilih, jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak mengikuti senam pada TAK tersebut.
L. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1. Memilih klien dengan indikasi, yaitu Prilaku kekerasan
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
2. Menjelaskan tujuan TAK
3. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK yang lalu
4. Kontrak
a. Topic permainan TAK : Olahraga : senam SKJ
b. Waktu : 30 menit ( pukul 12.40-14.00 WIB)
c. Tempat : Aula RSJ magelang
d. Jumlah Anggota : 6 orang
Prilaku yang diharapkan dari anggota : Pasien kooperatif
5. Menjelaskan peraturan TAK :
1. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2. Kegiatannya yaitu melakukan gerakan senam sesuai contoh
3. Ketika leader selesai memberikan contoh, dan klien selesai melakukan gerakan senam leader akan menunjuk salah seorang anggota dan anggota yang di tunjuk wajib maju memeragakan satu atau dua gerakan senam, klien yang lain beserta facilitator memberikan tepuk tangan.
4. Apabila klien ingin bertanya, dengan cara mengajukan tangan terlebih dahulu
5. Klien tidak boleh membuat kegaduhan
c. Tahap kerja
1) Leader mengucapkan salam
2) Leader memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggota terapis yang lain
3) Leader mengatakan maksud dan tujuan diadakannya terapi penyaluran energy
4) Leader mengevaluasi perasaan hari ini
5) Leader menjelaskan aturan main
6) Terapis mulai memutar music
7) Leader mencontohkan gerakan senam pada klien
8) Peserta melakukan gerakan senam dibantu oleh masing-masing fasilitator
9) Leader menguji atau menunjuk setiap peserta untuk melakukan 1 atau 2 gerakan senam sesuai contoh didepan semua peserta.
10) Leader, fasilitator dan observer memberikan reword nyata kepada klien yang bisa melakukan kegiatan TAK dengan baik.
11) Observer mengevaluasi kegiatan TAK penyaluran energi
d. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
3. Terapis memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya apabila belum mengerti
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk belajar mengendalikan emosinya dengan melakukan hal-hal positif.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
M. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
• Subyektif
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK penyaluran energy
• Objektif
a. Klien terlihat senang
b. Klien tampak rileks
c. Klien mengikuti TAK sampai selesai
d. Leader berperan dengan baik
e. Co leader aktif mengingatkan leader jika ada yang lupa
f. Fasilitator berperan aktif membantu klien melakukan kegiatan
g. Observer menyampaikan hasil penilaiannya kepada masing-masing klien.
2. Evaluasi hasil
a. Evaluasi dilakukan pada proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
b. Evaluasi Hasil
Untuk TAK penyaluran energy dengan pasien gangguan perilaku kekerasan, kemampuan klien yang diharapkan adalah klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan melakukan kegiatan positif.
B. Topik : Terapi Aktivitas Kelomok Penyaluran Energi : Olah Raga Senam SKJ
C. Tujuan :
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan terapi aktifitas kelompok (TAK) penyaluran energy dengan topic senam, diharapkan pasien dapat menjalin kerjasama dengan pasien lain dan mampu mengontrol emosi.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu melatih gerak tubuh
2. Klien mampu melatih konsentrasi dan meminimalkan penggunaan energy serta emosional untuk aktivitas
3. Klien mampu mengeluarkan energinya untuk melakukan kegiatan positif
4. Klien mampu focus mencontoh gerakan senam yang diajarkan perawat dan fasilitator
5. Klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan melakukan kegiatan positif.
D. Latar Belakang
Perilaku destruktif- diri yaitu setiap aktivitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku destruktif- diri langsung mencakup setiap aktivitas bunuh diri(stuart, 2007).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk ekspresi kemarahan yang tidak sesuai dimana seseorang melakukan tindakan- tindakan yang dapat membahayakan/ mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan. Seseorang yang mengalami masalah ini harus diberikan rencana dan tindakan yanng sesuai sehingga pola ekspresi kemarahannya dapat diubah menjadi bentuk yang bisa diterima yaitu perilaku yang sesuai, yaitu ekspresi kemarahan langsung kepada sumber kemarahan dengan tetap menghargai orang yang menjadi sumber kemarahan tersebut.
Faktor yang melatar belakangni terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu.
Landasan teori :
1. Pengertian Prilaku kekerasan
Perilaku destruktif-diri yaitu setiap aktifitas yang jika tidak dicegah dapat mengarah kepada kematian. Perilaku destruktip-diri langsung mencakup setiap bentuk aktifitas bunuh diri(stuart, 2007).
Perilaku kekerasan adalah perilaku individu yang dapat membahayakan orang, diri sendiri baik secara fisik, emosional dan seksualitas. Perilaku kekerasan atau agresif meupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis.
2. Faktor yang melatar belakangi terjadinya prilaku kekerasn
Faktor yang melatar belakangni terjadinya perilaku kekerasan merupakan dampak dari berbagai pengalaman yang dialami tiap orang, artinya mungkin terjadi/ mungkin tidak terjadi perilaku kekerasan jika faktor berikut dialami oleh individu.
a. Psikologis(kejiwaan), kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul aggresif atau amuk. Masa kanak- kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dianiaya, atau saksi penganiayaan.
b. Perilaku reinforcement(penguatan/ dukungan), yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobservasi kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
c. Sosial budaya, budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah- olah perilaku kekerasan diterima.
d. Bioneurologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem persarafan ditolak turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan (harnawatiaj, 2008).
3. Faktor Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Berbagai pengalaman yang dialami, tiap orang yang merupakan faktor predisposisi artinya mungkin terjadi / mungkin tidak terjadi perilakukekerasan jika faktor berikut dialami olehindividu:
1. Psikologis, kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timgul agresif atau amuk.
2. Perilaku, reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan sering mengobserpasi kekerasan dirumah atau diluar rumah, semua aspek ini menstimulasi individu mengadopsi perilaku kekerasan.
3. Sosial budaya, budaya tertutup dan membahas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima.
4. Bioneorologis, banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, lobus prontal, lobus temporal, dan ketidak seimbangan neurotransmiter turut berperan dalam terjadinya kekerasan.
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitas dapat bersumber dari klien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain, kondisi klien dengan kelemahan fisik, keputus asaan, ketidak berdayaan, percaya diri kurang jadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian juga dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang berakhir pada hinaan, kehilangan orang yang dicintai, atau pekerjaan, dan kekerasan merupakan faktor penyebaba yang lain(Mas danang, 2008).
Perilaku destruktif-diri tidak langsung meliputi: Merokok, Menyabu, Berjudi, Tindakan kriminal, terlibat dalam aktivitas rekreasi beresiko tinggi, Penyalagunaan zat, Perilaku yang menyimpang secara sosial. Prilaku yang menimbulkan stress, Gangguan makan, Ketidak patuhan terhadap pengobatan Medis(stuart, 2007).
4. Tanda dan gejala
Muka merah, pandaangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat. Sering pula klien memksakan kehendak, merampas makanan, memukul bila tidak senang. Wawancara diarahakan pada penyebab marah,perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh sesorang(harnawatiaj, 2008).
5. Rentang Respon Perilaku Kekerasan.
a. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan, kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman. Kemarahan atau rasa tidak setuju yang dinyatakan atau diungkapkan tampa menyakiti orang lain akan memberikan kelegaan dan tidak menimbulkan masalah. Kegagalan yang menimbulkan frustasi dapat menimbulkan respon pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang.
b. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal mencapai tujuan.
c. Pasif adalah suatu keadaan dimana individu tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan yang sedang dialami untuk menghindari, suatu tuntutan nyata.
d. Agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol.
e. Amuk atau kekerasan adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai kehilangan kontrol diri. Individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
f. Bunuh diri.
6. Tanda Ancaman Kekerasan.
a. Tindakan kekerasan belum lama, termasuk kekerasan terhadap barang milik
b. Ancaman verbal atau fisik
c. Membawa benda atau senjata lain yang dapat digunakan sebagai senjata
d. Agitasi psikomotor progresif
e. Intoksikasi alkohol atau zat lain
f. Ciri paranoid pada pasien psikotik
g. Halusinasi pendengaran dengan prilakukekerasan tetapi tidak semua pasien berada pada resiko tinggi
h. Penyakit otak
i. Kata tonik
j. Episode masih tertentu
k. Episod depresif
l. Gangguan keperibadian
7. Perilaku bunuh diri
Dalam pengkajian bunuh diri, lebih ditekankan pada letalitas dari metode yang mengancam atau digunakan. Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang merencanakan kematian dengan tindak kekerasan, mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh diri.
Perilaku bunuh diri biasanya dibagi tiga:
1. Ancaman bunuh diri: Pernyataan verbal dan non verbal bila seseorang mempertimbangkan untuk bunuh diri.
2. Upaya bunuh diri: semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh individu yang dapat memyebabkan kematian, jika tidak di cegah.
3. Bunuh diri mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau diabaikan(stuart, 2007).
Seperlima dari percobaan bunuh diri tidak dapat di antisipasi sekalipun dengan kemajuan pengetahuan saat ini, presiksi yang akurat masih sulit diperoleh, kemungkinan bunuh diri dapat terjadi apabila:
1. Pasien pernah mencobah bunuh diri (terlihat di ruang gawat darurat, bangsal perawatan.
2. Keinginan bunuh diri dinyatakan secara terang-terangan. Maupun tidak atau berupa ancaman” kamu tidak saya ganggu lebih lama lagi” terhadap keluarga.
3. Secara objektif terlihat adanya mood yang depresi atau cemas.
4. Baru mengalami kehilangan yang bermakna
5. Perubahan Perilaku yang tidak terduga: menyampaikan pesan-pesan, berbicara serius dan mendalam.
6. Perubahan sikap yang mendadak: tiba-tiba gembira, marah atau menarik diri (Tamb, 2009).
8. Alasan mengangkat TAK penyaluran Energi
Untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi aktivitas kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif meliputi meningkatkan kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan social dan pola penyeselaikan masalah.
9. Fenomena
Fenomena yang terjadi tentang prilaku kekerasan (PK) di ruangan ini dengan jumlah 20 klien 45%. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal mengontrol emosinya dan menyalurkan energinya untuk kegiatan positif.
E. Seleksi Pasien
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari emosinya sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama, mampu mengontrol emosi dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain maka sasaran klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah prilaku kekerasan di bangsal P1 RSJ. Prof. Dr. Soeroyo Magelang dengan jumlah pasien antara 6-8 orang dan pasien bersedia mau mengikuti TAK.
Berikut ini nama pasien yang bersangkutan antara lain :
1. Ny. P
2. Ny. Q
3. Ny. R
4. Ny. S
5. Ny. T
6. Ny. U
F. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal : Rabu, 28 September 2011
Tempat : Aula RSJ. Prof. Dr. Soeroyo
Waktu : pukul 12.40 – 13.30 WIB
G. Metode
- Demonstrasi
H. Media dan Alat
- Kaset
- Leptop
- LCD
I. Pengorganisasian
a. Leader :
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini meliputi :
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5. Menjelaskan permainan
b. Co leader :
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK, Apabila leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Observasi :
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan TAK
d. Fasilitator :
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi :
1. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
J. Setting Tempat
Pada setting tempat untuk TAK ini berdiri, dengan penjelasan sebagai berikut :
Keterangan :
: leader : peserta
: co leader
: observer
: Fasilitator
K. Program Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK
- Memanggil klien
- Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan TAK
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan atau tidak mengikuti TAK
- Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
- Berikan sangsi kepada klien jika klien keluar dari TAK tanpa seijin perawat
c. Bila ada klien yang ingin ikut
- Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien yang dipilih, jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak mengikuti senam pada TAK tersebut.
L. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1. Memilih klien dengan indikasi, yaitu Prilaku kekerasan
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
2. Menjelaskan tujuan TAK
3. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK yang lalu
4. Kontrak
a. Topic permainan TAK : Olahraga : senam SKJ
b. Waktu : 30 menit ( pukul 12.40-14.00 WIB)
c. Tempat : Aula RSJ magelang
d. Jumlah Anggota : 6 orang
Prilaku yang diharapkan dari anggota : Pasien kooperatif
5. Menjelaskan peraturan TAK :
1. Klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2. Kegiatannya yaitu melakukan gerakan senam sesuai contoh
3. Ketika leader selesai memberikan contoh, dan klien selesai melakukan gerakan senam leader akan menunjuk salah seorang anggota dan anggota yang di tunjuk wajib maju memeragakan satu atau dua gerakan senam, klien yang lain beserta facilitator memberikan tepuk tangan.
4. Apabila klien ingin bertanya, dengan cara mengajukan tangan terlebih dahulu
5. Klien tidak boleh membuat kegaduhan
c. Tahap kerja
1) Leader mengucapkan salam
2) Leader memperkenalkan diri dan memperkenalkan anggota terapis yang lain
3) Leader mengatakan maksud dan tujuan diadakannya terapi penyaluran energy
4) Leader mengevaluasi perasaan hari ini
5) Leader menjelaskan aturan main
6) Terapis mulai memutar music
7) Leader mencontohkan gerakan senam pada klien
8) Peserta melakukan gerakan senam dibantu oleh masing-masing fasilitator
9) Leader menguji atau menunjuk setiap peserta untuk melakukan 1 atau 2 gerakan senam sesuai contoh didepan semua peserta.
10) Leader, fasilitator dan observer memberikan reword nyata kepada klien yang bisa melakukan kegiatan TAK dengan baik.
11) Observer mengevaluasi kegiatan TAK penyaluran energi
d. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
3. Terapis memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya apabila belum mengerti
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk belajar mengendalikan emosinya dengan melakukan hal-hal positif.
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
M. EVALUASI
1. Evaluasi Proses
• Subyektif
Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK penyaluran energy
• Objektif
a. Klien terlihat senang
b. Klien tampak rileks
c. Klien mengikuti TAK sampai selesai
d. Leader berperan dengan baik
e. Co leader aktif mengingatkan leader jika ada yang lupa
f. Fasilitator berperan aktif membantu klien melakukan kegiatan
g. Observer menyampaikan hasil penilaiannya kepada masing-masing klien.
2. Evaluasi hasil
a. Evaluasi dilakukan pada proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK
b. Evaluasi Hasil
Untuk TAK penyaluran energy dengan pasien gangguan perilaku kekerasan, kemampuan klien yang diharapkan adalah klien mampu menyelaraskan dan menyeimbangkan emosi dengan melakukan kegiatan positif.
TAK PESAN BERANTAI
A. Topik : Permainan Pesan Berantai
B. Tujuan Umum :
Klien mampu melatih konsentrasi dan menstimulasi persepsi terhadap permainan pesan berantai dan tindakan yang dilakukan peserta.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu menyampaikan pesan berantai dan melakukan tindakan yang telah ditentukan
2. Klien mampu berkonsentrasi terhadap rangsangan yang diberikan oleh terapis
3. Klien mampu menyampaikan pesan berantai ke klien yang lain dengan tepat
4. Klien mampu menghafal pesan berantai yang disampaikan.
C. Kilen Latar Belakang :
a) Bagaimana pasien gangguan jiwa
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Kerangka Landasan Teori
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. (Miramis, 1998)
Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstren, persepsi palsu (Lubis, 1993)
B. Rentang Respon Halusinasi
Gambar : Rentang Responden Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)
C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, 1998 membagi Halusinasi menjadi 7 jenis, yaitu :
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami Halusinasi pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan, menakutkan seperti monster.
3. Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.
4. Pengucapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Fase-Fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu :
1. Fase I = Comforting (Ansietas Sedang) atau Halusinasi menyenangkan.
Karakteristik = Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani. (non psikotik)
Tanda dan Gejala = Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.
2. Fase II = Condemning (Ansietas berat) atau halusinasi menjijikkan.
Karakteristik = Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)
Tanda dan gejala = Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3. Fase III = Controlling (Ansietas berat) atau pengalaman sensori menjadi berkuasa
Karakteristik = Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)
Tanda dan Gejala = Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah.
4. Fase IV = Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya
Karakteristik = pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat)
Tanda dan Gejala = perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
b) Mengapa perlu terapi aktivitas kelompok tersebut
Karena untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi aktivitas kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif meliputi meningkatkan kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan social dan pola penyeselaikan masalah.
Fenomena yang terjadi tentang halusinasi di ruangan ini dengan jumlah 20 klien 45%. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya,Jika TAK tidak dilaksanakan sesuai topic kemungkinan akan terjadi ketidakmampuan pasien mengontrol dirinya dari halusinasi dan tidak bekerja sama dalam jalannya TAK.
D. Seleksi Pasien
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain maka sasaran klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah halusinasi di bangsal RSJ.Prof.Dr.Soeroyo Magelang dengan jumlah pasien antara 6-8 orang dan pasien bersedia mau mengikuti TAK.
Berikut ini nama pasien yang bersangkutan antara lain :
1. Ny. D
2. Ny. DN
3. Ny. DR
4. Ny. B
5. Ny. A
6. Ny.T
E. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Septemberl 2011
Tempat : Ruang keperawatan RSJ
Waktu : pukul 12.40 – 14.00 WIB
F. Metode
- Tanya jawab
- Diskusi
G. Media dan Alat
- Kursi
H. Pengorganisasian
a. Leader :
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini meliputi :
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5. Menjelaskan permainan
b. Co leader :
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK,apabila leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Fasilitator :
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi :
1. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
d. Observasi :
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan TAK
I. Setting Tempat
Pada setting tempat untuk TAK ini duduk di dikursi ruang keperawatan, dengan penjelasan sebagai berikut :
Keterangan :
: leader
: co leader
: fasilitator
: observer
: peserta
J. Program Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK
- Memanggil klien
- Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan TAK
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan TAK
- Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien yang ingin ikut
- Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien yang dipilih, jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak mengikuti permainan pesan berantai pada TAK tersebut.
K. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1. Memilih klien dengan indikasi, yaitu Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
2. Menjelaskan tujuan TAK
3. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK yang lalu
4. Kontrak
1. Topic permainan TAK : permainan pesan berantai
2. Waktu : 30 menit ( pukul 12.40-13.30 WIB)
3. Tempat : Ruang keperawatan RSJ
4. Menjelaskan peraturan TAK :
1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Setiap peserta TAK harus aktif
4. Dilarang bicara sendiri atau mengobrol selama TAK
c. Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan peraturan permainan pesan berantai
2. Terapis memulai menyampaikan permainan pesan berantai kepada satu peserta dengan cara membisikkan di dekat telinga klien
3. Peserta melakukan tindakan pesan berantai yang sudah disampaikan oleh terapis kepada peserta selanjutnya sampai ke peserta yang terakhir.
4. Terapis menguji atau menunjuk setiap peserta untuk menyampaikan pesan berantainya didepan semua peserta.
5. Terapis meminta peserta tepuk tangan setiap peserta menyampaikan pesan berantai
6. Terapis memberikan reinforcement positif pada setiap usaha yang dilakukan peserta
d. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk belajar berpikir sesuai dengan peristiwa yang dapat dipersepsikan dan melihat sesuatu yang nyata
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
L. EVALUASI
1. Evaluasi dilakukan pada proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
2. Evaluasi hasil
Untuk TAK stimulus persepsi pada klien halusinasi, kemampuan klien yang diharapkan adalah klien mampu menstimulus tindakan atau permainan yang sudah dilakukan.
B. Tujuan Umum :
Klien mampu melatih konsentrasi dan menstimulasi persepsi terhadap permainan pesan berantai dan tindakan yang dilakukan peserta.
Tujuan Khusus :
1. Klien mampu menyampaikan pesan berantai dan melakukan tindakan yang telah ditentukan
2. Klien mampu berkonsentrasi terhadap rangsangan yang diberikan oleh terapis
3. Klien mampu menyampaikan pesan berantai ke klien yang lain dengan tepat
4. Klien mampu menghafal pesan berantai yang disampaikan.
C. Kilen Latar Belakang :
a) Bagaimana pasien gangguan jiwa
Pada pasien gangguan jiwa dengan kasus Schizoprenia selalu diikuti dengan gangguan persepsi sensori; halusinasi. Terjadinya halusinasi dapat menyebabkan klien menjadi menarik diri terhadap lingkungan sosialnya,hanyut dengan kesendirian dan halusinasinya sehingga semakin jauh dari sosialisasi dengan lingkungan disekitarnya.
Kerangka Landasan Teori
A. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu perserapan panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. (Miramis, 1998)
Halusinasi merupakan suatu yang dialami sebagai penghayatan seperti suatu persepsi melalui panca indera tanpa stimulus ekstren, persepsi palsu (Lubis, 1993)
B. Rentang Respon Halusinasi
Gambar : Rentang Responden Neurobiology (Stuart dan Laraia, 2001)
C. Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, 1998 membagi Halusinasi menjadi 7 jenis, yaitu :
1. Pendengaran
Mendengar suara-suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara terbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai ke percakapan lengkap antara 2 orang atau lebih tentang orang yang mengalami Halusinasi pikiran yang terdengar perkataan bahkan pasien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang-kadang dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulasi visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran, geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit dan kompleks.Bayangan bisa menyenangkan, menakutkan seperti monster.
3. Penghidung
Membau bau-bauan tertentu seperti bau-bauan darah, urine atau feses, umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan.Halusinasi penghidung sering mengakibatkan stroke, tumor, kejang atau demensia.
4. Pengucapan
Merasa mengecap rasa seperti darah, urine atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan stimulus yang jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.
6. Cenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri, pencernaan makanan atau pembentukan urine.
7. Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
D. Fase-Fase Halusinasi
Menurut Stuart dan Laraia, membagi fase Halusinasi dalam 4 fase yaitu :
1. Fase I = Comforting (Ansietas Sedang) atau Halusinasi menyenangkan.
Karakteristik = Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah dan takut, dan mencoba untuk berfokus pada pikiran menyenangkan untuk meredakan ansietas. Individu mengenali bahwa pikiran dan pengalaman sensori berada dalam kondisi kesadaran jika ansietas dapat ditangani. (non psikotik)
Tanda dan Gejala = Tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal yang lambat jika sedang asyik, diam dan asyik menyendiri.
2. Fase II = Condemning (Ansietas berat) atau halusinasi menjijikkan.
Karakteristik = Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan atau klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Klien mungkin mengalami dipermalukan oleh pengalaman sensori dan menarik diri dari orang lain. (Psikotik ringan)
Tanda dan gejala = Meningkatkan tanda-tanda sistem syaraf otonom dan tekanan darah, rentang peningkatan denyut jantung. Pernafasan dan tekanan darah, rentang perhatian menyempit, asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dan realita.
3. Fase III = Controlling (Ansietas berat) atau pengalaman sensori menjadi berkuasa
Karakteristik = Klien menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerahkan pada halusinasi tersebut. Isi halusinasi menjadi menarik. Klien mungkin mengalami pengalaman kesepian jika sensori halusinasi berhenti (Psikotik)
Tanda dan Gejala = Kemauan yang dikendalikan halusinasi akan lebih diikuti kesukaan berhubungan dengan orang lain. Rentang perhatian hanya beberapa detik atau menit, adanya tanda-tanda fisik ansietas mampu mematuhi perintah.
4. Fase IV = Conquering (Panic) atau umumnya menjadi melebur dalam halusinasinya
Karakteristik = pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasinya berakhir dari beberapa jam atau hari jika tidak ada intervensi terapeutik (Psikotik berat)
Tanda dan Gejala = perilaku terror akibat panik. Potensi buat solude atau nomiede aktifitas perilaku kekerasan. Agitasi menarik diri atau katatonia, tidak mampu berespon terhadap perintah kompleks, tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
b) Mengapa perlu terapi aktivitas kelompok tersebut
Karena untuk mengatasi gangguan pada klien jiwa sering dilakukan terapi aktivitas kelompok dalam praktek keperawatan kesehatan jiwa karena merupakan ketrampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat pada sekelompok klien yang mengalami masalah keperawatan yang sama. Adapun tujuan dari terapi aktivitas meliputi terapeutik meliputi menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi, mendorong sosialisasikan dengan lingkungan, meningkatkan stimulus realitas dan respon individu, meningkatkan rasa percaya diri. Sedangkan tujuan rehabilitaif meliputi meningkatkan kemampuan ekspresi diri, empati, meningkatkan ketrampilan social dan pola penyeselaikan masalah.
Fenomena yang terjadi tentang halusinasi di ruangan ini dengan jumlah 20 klien 45%. Atas dasar tersebut, maka kami menganggap dengan therapy aktivitas kelompok ( TAK ) klien dengan gangguan persepsi sensori dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya,Jika TAK tidak dilaksanakan sesuai topic kemungkinan akan terjadi ketidakmampuan pasien mengontrol dirinya dari halusinasi dan tidak bekerja sama dalam jalannya TAK.
D. Seleksi Pasien
Berdasarkan pengamatan kajian status klien yang sudah mampu mengontrol dirinya dari halusinasi sehingga pada saat TAK klien dapat bekerja sama dan tidak mengganggu anggota kelompok yang lain maka sasaran klien yang dilibatkan dalam terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah halusinasi di bangsal RSJ.Prof.Dr.Soeroyo Magelang dengan jumlah pasien antara 6-8 orang dan pasien bersedia mau mengikuti TAK.
Berikut ini nama pasien yang bersangkutan antara lain :
1. Ny. D
2. Ny. DN
3. Ny. DR
4. Ny. B
5. Ny. A
6. Ny.T
E. Jadwal Kegiatan
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Septemberl 2011
Tempat : Ruang keperawatan RSJ
Waktu : pukul 12.40 – 14.00 WIB
F. Metode
- Tanya jawab
- Diskusi
G. Media dan Alat
- Kursi
H. Pengorganisasian
a. Leader :
Leader merupakan pimpinan dalam suatu tim dimana jalannya kegiatan dipimpin oleh seorang leader. Adapun tugas-tugas leader dalam TAK ini meliputi :
1. Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok sebelum kegiatan dimulai
2. Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan memperkenalkan dirinya
3. Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib
4. Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5. Menjelaskan permainan
b. Co leader :
Merupakan seseorang yang membantu leader saat jalannya TAK,apabila leader mengalami blocing ataupun hal lain yang bersangkutan terhadap leader. Adapaun tugas co leader dalam TAK ini meliputi :
1. Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktivitas klien
2. Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
c. Fasilitator :
Merupakan seseorang yang dapat memberikan motivasi kepada peserta dalam kegiatan untuk kesuksesan jalannya kegiatan tersebut. Adapun tugas-tugas fasilitator dalam kegiatan TAK ini meliputi :
1. Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2. Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
d. Observasi :
Merupakan seseorang yang mengobservasi kepada peserta dalam kegiatan TAK
I. Setting Tempat
Pada setting tempat untuk TAK ini duduk di dikursi ruang keperawatan, dengan penjelasan sebagai berikut :
Keterangan :
: leader
: co leader
: fasilitator
: observer
: peserta
J. Program Antisipasi
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat TAK
- Memanggil klien
- Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan TAK
- Panggil nama klien
- Tanya alasan klien meninggalkan TAK
- Berikan penjelasan tentang tujuan TAK dan berikan penjelasan pada klien bahwa klien dapat melaksanakan keperluannya setelah itu klien boleh kembali lagi
c. Bila ada klien yang ingin ikut
- Beri penjelasan bahwa TAK ini ditujukan pada klien yang dipilih, jika klien memaksa beri kesempatan untuk masuk dengan tidak mengikuti permainan pesan berantai pada TAK tersebut.
K. Langkah kegiatan TAK
a. Persiapan
1. Memilih klien dengan indikasi, yaitu Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi
2. Membuat kontrak dengan klien
3. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi
1. Salam terapeutik
a. Salam dari terapis kepada klien
2. Menjelaskan tujuan TAK
3. Evaluasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini
b. Menanyakan masalah yang dirasakan
c. Menanyakan penerapan TAK yang lalu
4. Kontrak
1. Topic permainan TAK : permainan pesan berantai
2. Waktu : 30 menit ( pukul 12.40-13.30 WIB)
3. Tempat : Ruang keperawatan RSJ
4. Menjelaskan peraturan TAK :
1. Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis
2. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
3. Setiap peserta TAK harus aktif
4. Dilarang bicara sendiri atau mengobrol selama TAK
c. Tahap kerja
1. Terapis menjelaskan peraturan permainan pesan berantai
2. Terapis memulai menyampaikan permainan pesan berantai kepada satu peserta dengan cara membisikkan di dekat telinga klien
3. Peserta melakukan tindakan pesan berantai yang sudah disampaikan oleh terapis kepada peserta selanjutnya sampai ke peserta yang terakhir.
4. Terapis menguji atau menunjuk setiap peserta untuk menyampaikan pesan berantainya didepan semua peserta.
5. Terapis meminta peserta tepuk tangan setiap peserta menyampaikan pesan berantai
6. Terapis memberikan reinforcement positif pada setiap usaha yang dilakukan peserta
d. Tahap Terminasi
a. Evaluasi
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b. Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk belajar berpikir sesuai dengan peristiwa yang dapat dipersepsikan dan melihat sesuatu yang nyata
c. Kontrak yang akan datang
1. Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang
2. Menyepakati waktu dan tempat
L. EVALUASI
1. Evaluasi dilakukan pada proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja, aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK.
2. Evaluasi hasil
Untuk TAK stimulus persepsi pada klien halusinasi, kemampuan klien yang diharapkan adalah klien mampu menstimulus tindakan atau permainan yang sudah dilakukan.
Langganan:
Postingan (Atom)